ZONAMERAHNEWS.NET, Sumbawa Barat – Dinas Perikanan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) kembali mengalokasikan bantuan sebanyak 70 ton bibit rumput laut untuk petani di Desa Kertasari, Kecamatan Taliwang. Bantuan tersebut dijadwalkan mulai disalurkan pada Desember 2025 mendatang.
Kepala Dinas Perikanan KSB, Noto Karyono, S. Pi, M.Si, mengatakan langkah ini merupakan upaya pemerintah daerah dalam memulihkan produktivitas budidaya rumput laut yang sempat gagal panen akibat perubahan cuaca dan kondisi alur laut.
“Tahun 2025 ini kami kembali mengalokasikan sekitar 70 ton bibit rumput laut untuk ditanam di Desa Kertasari. Pendampingan akan dilakukan secara intensif agar hasilnya lebih baik,” ujar Noto kepada awak media ini, Kamis (16/10/2025).
Sebelumnya, kata Noto, Dinas Perikanan telah menyalurkan bantuan uji coba bibit kepada 10 petani Kertasari. Namun, hasilnya belum optimal karena bibit tidak tumbuh dengan baik.
Berdasarkan hasil uji laboratorium Balai Pengujian Mutu dan Pengembangan Produk Perikanan (BPM3P) Provinsi Jawa Timur, Noto mengatakan, kualitas ekosistem perairan Kertasari dinyatakan masih dalam batas aman untuk budidaya.
Hasil uji menunjukkan kandungan arsenik atau logam berat di perairan Kertasari hanya 0,0002 miligram per liter, sedangkan Coliform Membrane Filter (CFU) tercatat 30 CFU per 100 mililiter air laut.
“Hasil uji laboratorium menunjukkan kualitas air di Kertasari masih kategori aman. Kandungan logam berat berbahaya seperti Cd, Pb, Hg, dan Sn tidak terdeteksi. Jadi, faktor utama kegagalan bukan pada kualitas air,” jelas Noto.
Lanjut Noto, untuk uji mutu tersebut mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2003 tentang standar kualitas air minum dan air higiene berdasarkan standar nasional.
Meski kualitas air dinyatakan aman, Dinas Perikanan menemukan faktor geografis sebagai kendala utama. Perairan Kertasari memiliki bentuk cekung dan terhalang pulau di depannya, sehingga arus laut menjadi lemah dan menghambat sirkulasi air.
“Alur air laut di Kertasari tidak terlalu kuat karena bentuk perairannya cekung dan tertutup. Itu yang membuat pertumbuhan rumput laut menjadi lambat. Berbeda dengan kawasan Tua Nanga, Kecamatan Poto Tano, yang memiliki arus laut lebih kuat dan kontur perairan datar tanpa hambatan pulau, sehingga mendukung pertumbuhan rumput laut yang lebih cepat,” tandasnya. (**)